
Tentang Nz

VISI MISI
Visi GPIB
Damai Sejahtera
GPIB menjadi gereja yang mewujudkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaanNya.
Misi GPIB
Pembaharuan
Menjadi Gereja yang terus menerus diperbaharui dengan bertolak dari Firman Allah, yang terwujud dalam perilaku kehidupan warga gereja, baik dalam persekutuan, maupun dalam hidup bermasyarakat.
Teladan
Menjadi gereja yang hadir sebagai contoh kehidupan, yang terwujud melalui inisiatif dan partisipasi dalam kesetiakawanan sosial serta kerukunan dalam masyarakat, dengan berbasis pada perilaku kehidupan keluarga yang kuat dan sejahtera.
Pembangunan
Menjadi Gereja yang membangun keutuhan ciptaan yang terwujud melalui perhatian terhadap lingkungan hidup, semangat keesaan dan semangat persatuan dan kesatuan warga Gereja sebagai warga masyarakat.

PERKUMPULAN PERTAMA
1964
Rawamangun mulai berkembang karena pembangunan Jalan Jakarta By Pass sudah selesai. Oleh sebab itu, mulai terjadi pengavelingan tanah di beberapa daerah Rawamangun yang mengundang para pendatang termasuk Anak-anak Tuhan untuk bersekutu, bersyukur dan beribadah bersama dengan nama “Perkumpulan Elim” sekaligus membentuk wadah bernama “Nazareth”. Pada awalnya wadah “Nazareth” ini berkumpul dan beribadah di Paviliun milik Keluarga Jemaat yang kemudian bergabung dan menjadi bagian dari GPIB Jemaat “Eben Haezer” Jakarta sebagai Bagian Jemaat di bulan April 1966.




OTONOMISASI
1969
Melalui Surat Keputusan Majelis Sinode tanggal 15 Mei 1969, Bagian Jemaat “Nazareth” Rawamangun dari GPIB Jemaat “Eben Haezer” Jakarta sudah didewasakan/otonomisasi di DCI Djakarta sebagai Jemaat GPIB ke-47.

GEDUNG GEREJA
1971
GPIB Jemaat Nazareth membeli Gedung Gereja di Jl. Tjutjut (sekarang dikenal sebagai Jalan Sunan Drajat) No.27 milik Gembala Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).


PERTUMBUHAN JEMAAT
1980-1989
Jumlah Warga Jemaat mencapai puncaknya yakni lebih dari 600 KK, terdiri dari 12 Sektor Pelayanan, yang membentang dari Utara ke Selatan dan dari Timur ke Barat.
​
Kembali pada dekade 80’an, GPIB Jemaat Nazareth melakukan pembelian tanah sebesar 2255M2 di dekat Jalan Waru. GPIB Jemaat Nazareth tidak pernah berhasil membangun Gedung Gereja di Tanah Waru tersebut karena berbagai hal, antara lain masalah akses jalan masuk dan sulitnya masalah perizinan.
​
Mendekati akhir dekade 80‘an, GPIB Jemaat Nazareth membeli tanah dan bangunan di sebelah Gedung Gereja. Diatas lahan inilah Gedung Gereja Nazareth Jl. Sunan Drajat No.27-29 sekarang berdiri, dan di Jl. Cakalang kaveling No.51 berdiri Pastori Nazareth.




PEMBANGUNAN GEREJA
1990-1999
14 September 1992 diterbitkan Surat Persetujuan Pembangunan atau Rehabilitasi Pengembangan Gereja GPIB Nazareth oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.​
​
15 Mei 1994 Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja.​
​
26 Mei 1993 diterbitkan UMB oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota DKI Jakarta.
​
2 Agustus 1993 Panitia Pembangunan dan Dana menandatangani Perjanjian Pemborongan dengan PT Duta Comfact sebagai pemenang tender senilai Rp 795.000.000 dengan jangka waktu pelaksanaan 210 hari kerja.
​
Penyerahan Pertama tanggal 14 Mei 1994 dari Pemborong kepada Pimpinan Proyek.
​
Penyerahan Kedua dilakukan tanggal 12 Agustus 1994 setelah Pemborong berhasil melalui masa perawatan selama 90 hari kalender sejak Penyerahan Pertama.

PERESMIAN GEDUNG GEREJA
1994
Gedung Gereja GPIB Jemaat Nazareth diresmikan oleh Direktur Jenderal Binmas Kristen Protestan Departemen Agama RI, Drs Jan Kawatu, dan Ditahbiskan dalam Ibadah Minggu VII Sesudah Paskah pada tanggal 15 Mei 1994 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun GPIB Jemaat Nazareth XXV Oleh Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt. O. E. Ch. Wuwungan D.Th.


PERTUMBUHAN IMAN
We Are Nazareth Family
Memasuki Milenium Ketiga, sejalan dengan perkembangan daerah penyangga Jakarta yang berkembang pesat, GPIB Nazareth secara perlahan mengalami penurunan jumlah Warga Jemaat karena banyak yang pindah ke daerah baru tersebut. Meskipun demikian, dimanapun mereka berada, satu hal yang tidak bisa hilang adalah adanya “DNA Nazareth” yang sering disebut sebagai “We Are Nazareth Family” karena kehidupan persekutuan dan persahabatan atau bahkan persaudaraan di Nazareth adalah sangat berkesan dan selalu terbawa dimanapun para ex Warga Jemaat tersebut melayani Tuhan.​​

Nazareth laksana sebongkah Intan. Intan tanpa diasah tidak akan menjadi berlian. Pengasahan menimbulkan rasa sakit, ngilu, nikmat, tawa, dan airmata. Di setiap sisi Intan yang dikikir, selalu menampilkan nama, fakta, peristiwa, prestasi dan juga kesalahan. Namun, masing-masing sisi tidak kalah mesra, akrab, panas. dan membara. Alangkah romantis dan indahnya persaudaraan ini.